Krayan oh Krayan.. merdeka 63 tahun tetap terisolasi dari Indonesia !!!

pagi ini seorang teman dari Krayan menelpon saya... pak Yacob.. ia curhat masalah transportasi di tempat tinggalnya.. Krayan, daerah tepencil yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia itu memang seperti terisolasi secara geografis dari Indonesia.. masalah transportasi yang tak kunjung usai sejak Indonesia merdeka 63 tahun..

masalah transportasi daerah terpencil dan perbatasan di Krayan sudah pernah saya liput akhir Desember 2007 lalu.. waktu itu saya cukup beruntung bisa ke Krayan dengan biaya cukup murah.. dan penerbangan yang lumayan sering.. dua hari sekali DAS terbang ke Long Bawan (ibukota kecamatan Krayan).. tapi kata warga sebelumnya penerbangan DAS sudah tersendat selama 3 bulan.. saya sungguh beruntung..

dari Tarakan saya menumpang pesawat DAS ke Nunukan dengan biaya sekitar Rp.250.000 per orang..trus dari Nunukan ke Krayan biayanya juga sekitar Rp.250.000,- per orang... jadi penumpang eksklusif cuma berdua dengan Ega (camera person), penumpang lainnya adalah barang barang kebutuhan warga yang diangkut ke Long Bawan..

Dataran tinggi Krayan yang berada di kabupaten nunukan ini memang cuma bisa ditempuh dengan jalur udara dari Nunukan.. lewat darat nggak mungkin, soalnya belum ada jalan kesana.. lewat sungai apalagi..siapa yang mau nantang maut??.. jangankan pendatang.. penduduk aslinya aja pusing.. mau pergi keluar Krayan juga sulit..nahh.. kalo sudah diluar Krayan, belum tentu bisa pulang kampungnya lagi.. pusing kaan???

Inilah yang sekarang dirasakan pak Yacob dan sekitar 60 warga Krayan yang tertahan di Nunukan..selama 6 bulan terakhir DAS sama sekali nggak beroperasi..padahal pesawat subsidi inilah satu satunya harapan mereka..alasan pemkab Nunukan, DAS nggak beroperasi karena ada masalah internal.. padahal pemkab Nunukan sudah mengontrak DAS untuk melayani penerbangan ke daerah terpencil seperti Krayan. dan yang bikin pak Yacob dan warga lain heran.. kok pemkab nggak ada usaha mengadakan layanan subsidi dengan penerbangan lain??.. disana ada juga pesawat misionaris MAF, tapi nggak mungkin dikontrak pemkab..meski juga menerima penumpang umum.. MAF nggak banyak membantu juga..karena MAF cuma terbang ke krayan 4 kali dalam seminggu dan kursi yang tersedia sangat terbatas cuma 5 penumpang. jadi kalau mau naik MAF harus daftar jauh jauh hari...

kata pak Yacob disana sekarang juga ada Susi Air..pesawat komersil carter ini patok tarif yang aduhai.. Rp.18.000,- per kg dikalikan berat badan.. jadi kalau berat badan 60 kg, ya harus bayar Rp.1.080.000,- sekali jalan...itu kalau berat 60kg.. kalau diatas itu??? ya pasti bayar lebih mahal lagi.
menurut pak Yacob, ada juga bantuan dari TNI AL dan AU yang ada di Tarakan..(tapi nggak tau itu resmi atau bukan yah) pakai pesawat cassa (jenis yang sama dengan yang dipakai DAS).. tapi ujung ujungnya tetep ajah.. mereka dipatok tarif Rp.16.000,- per kg dikali berat badan dan ditambah jaminan pesawat itu bisa balik ke tarakan (kalo kosong). jaminannya Rp.500.000,- per penumpang.... warga yang masih punya uang lebih, mungkin nekat pulang dengan tarif segitu.. tapi banyak juga warga yang sudah kehabisan uang untuk ongkos tinggal di Nunukan.. kalau nggak ada keluarga di nunukan, mereka harus nginap di hotel.. paling tidak biaya hidup per hari bisa mencapai Rp.100.000,- per orang (untuk penginapan dan makan sehari 3 kali)....

menurut pak Yacob, ada juga alternatif lain pulang kampung dengan tarif lebih miring. terutama yang buat badannya besar dan berat, alternatif ini bisa memangkas biaya sampai 50%.. tapi ini khusus buat yang punya paspor aja.. jadi pulang kampung ke krayan di indonesia lewat malaysia !!!... hebat kaaann???!!!!..

pak Yacob sendiri pernah pulang lewat sana.. dari Nunukan menyeberang ke Tawau, Malaysia naik kapal seharga Rp.75.000,- per orang. jaraknya sekitar 40 menit..dari Tawau dilanjutkan perjalanan dengan mobil angkutan ke Kota Kinabalu. tarifnya sekitar 70 ringgit. kalau dikalikan kurs rupiah sekarang Rp.2.800,- jadinya Rp.196.000,- dengan waktu tempuh sekitar 11 jam..
dari Kota Kinabalu, lanjut lagi ke Lawas naik angkutan bis sekitar 4 jam, tarifnya 30 ringgit atau Rp.84.000,- kalau semua perjalanan tadi mulus, yang selanjutnya belum tentu..

dari Lawas lanjut ke Bakelalan, distrik terdekat dan berbatasan langsung dengan negara kita..jarak yang ditempuh sekitar 147 km melewati hutan belantara naik mobil pickup double gardan.. dengan kondisi jalan tanah yang aduhai banget daahh.. (saya bisa bayangkan itu karena kata pak Yacob, jalanannya persis seperti yang saya lewati di perbatasan dari Long Bawan ke Bakelalan naik motor.. pinggang rasanya mau copot..ampun deh..)

kalau beruntung jalanan bagus (sudah diperbaiki perusahaan kayu yang beroperasi disana) dan cuaca bagus..waktu tempuh bisa sekitar 5 - 6 jam saja. tapi prediksi terburuk (kalo jalanan ancur berlumpur) waktu tempuh bisa satu hari satu malam.. bayangin aja..24 jam digoncang goncang begitu...pak Yacob cerita, dia bahkan pernah menginap karena mobil pick up terperangkap lumpur.. tarif yang harus dibayar dari perjalanan adventure ini 80 ringgit alias Rp.224.000,- per penumpang. Biasanya penumpang di turunkan di pasar Bakelalan.. nah disana sudah banyak tukang ojek yang siap mengantar ke Indonesia..biasanya para tukang ojek inilah yang mengangkut barang barang sembako keperluan warga Indonesia yang dibeli dari pasar Bakelalan..tarifnya lumayan mahal juga..60 ringgit atau Rp.168.000,- .. jarak dari Bakelalan ke Long Bawan sekitar 15 km jalan tanah..kalo musim ujan siap siap aja dah.. gak nahan lumpurnya..

jadi kalau diitung itung traveling pulang kampung lewat Malaysia ini menghabiskan biaya sekitar Rp.747.000,-.. memang lebih murah sih.. tapi nggak bebas..sesuai dengan ijin kunjungan ke Malaysia yang diperoleh waktu di Tawau..dalam waktu tertentu harus kembali lagi ke Nunukan, Indonesia lewat jalan yang sama.. kenapa??? soalnya di Bakelalan dan Long Midang (desa indonesia yg berbatasan langsung dgn Sarawak), nggak ada pos imigrasinya... jadi cuma warga Krayan aja yang memang bisa pakai jalan alternatif ini..
di pos perbatasan  Bakelalan, mereka dapat surat jalan ke Indonesia..dan cuma sampai Long Bawan aja. Para TDM dan TNI di perbatasan juga udah maklum..abis mau gimana lagi??..ini namanya pulang kampung berasa ke luar negeri.. ada batas waktu tinggalnya..

Dan kalau masalah pesawat nggak kelar juga, sudah ada masalah lain yang siap menyusul. kata pak Yacob di Bakelalan mulai diberlakukan pembatasan jumlah barang yang dibeli WNI.. katanya sih mulai 4 Agustus 2008.. kalau dulu, WNI bisa belanja barang sesuai kemampuan uangnya, sekarang nggak lagi.. beberapa jenis sembako dibatasi jumlahnya.. seperti gula, cuma boleh beli 2 kg per orang.. naahh loohh... padahal hampir 90% kebutuhan pokok warga Krayan dibeli dari pasar Bakelalan. Mereka memang memilih belanja ke Bakelalan, karena lebih murah dibandingkan beli ke Nunukan atau Tarakan.. lagi lagi gara gara mahalnya ongkos angkut barang. apalagi sekarang..

Cuma beras dan garam aja Krayan punya stock melimpah.. kelebihan beras yang melimpah berton ton itu juga dijualnya ke pasar Bakelalan.. petani ogah jual ke Nunukan atau Tarakan soalnya kalah bersaing harga dengan beras dari daerah lain..  
dan asal tau aja yah.. Krayan itu penghasil beras jenis adan organik yang ueeennaak banget.. sumpah deh.. nasinya kecil pulen, harum..dan yang pasti sehat karena prosesnya alami..

Selama hampir satu jam mendengarkan cerita pak Yacob di telepon, bikin saya merinding.. gemas.. kayaknya masalah beginian kok gak kelar kelar.. kata pak Yacob, warga sudah berusaha melapor ke departemen perhubungan di Jakarta juga.. tapi sampai sekarang tetap nihil.. saat ini mereka masih terus menunggu janji pemkab untuk mengadakan penerbangan subsidi yang terjangkau harganya..

Saya nggak tau ini salah dimana atau salah siapa... tapi kok bisa ya..63 tahun merdeka, pemerintah Indonesia nggak juga tulus perhatian, menjaga gerbang negaranya... padahal biar perut penduduk Krayan isinya sembako Malaysia, mereka tetap tulus ikhlas jadi Warga Negara Indonesia...

Comments

sitasentris said…
pengen ke Krayan, pengen nyobain garam gunung sama nasinya :(

Popular posts from this blog

welkom in malang

Revisiting My Wounds Through Home Town Cha-Cha-Cha