diujung loteng itu, dia merintih tertahan... entah sakit apa yang dirasakannya..sakit badan atau sakit hati? entahlah... dan tubuh lunglai itu hanya bisa terbaring.. tanpa daya, tanpa tenaga.. kurus kering seperti cacing.. eva, begitu warga sekitar memanggilnya.. hanya bisa menerawang menatap lobang genteng yang memayungi tidurnya, di sudut loteng itu.. padahal minggu lalu, eva masih bisa berjoget riang di tengah orkes dorong yang mangkal di warung dekat kosnya.. berjoget menghibur diri, diantara lelahnya bekerja jadi kuli.. kuli?... eva?... ya.. eva memang kuli bangunan.. walau pekerjaan kasar, eva punya jiwa wanita.. bahkan sebelum berangkat kerja, eva selalu merias wajahnya, seperti wanita karir layaknya... kalau tidak lelah.. eva juga sering menjajakan tubuhnya di pinggir jalanan.. diantara remang malam.. tapi hanya tubuhnya.. bukan cintanya.. cinta eva hanya bertambat di pelabuhan hati seorang duda beranak satu.. eva..eva.. muhamad evandi seharusnya jadi nama yang gagah.. tapi eva
hmmm.... lembutnya ice cream coklat "toko oen" terasa lumer di lidah.. persinggahan saya di kota malang emang pas banget... abis makan bakso bakar, lanjut ice cream coklat di toko oen... toko yang satu ini biar udah sepuh (tua) emang gak ada matinya...selalu jadi tujuan wisata kuliner bagi siapa aja yang datang ke malang...suasananya juga tempo dulu banget.. dan yang pasti saya suka ice creamnya, gak bikin tenggorokan sakit... coklatnya terasa mantep banget...hehehe... lagi lagi... bukannya rakus.. saya abis dua scoup.. sebenarnya mo nambah lagi sih...tapi, dua aja cukuplah... kalau saya doyan ice cream, vira lain lagi.. sepiring omlete dan secangkir kopi udah bikin dia senyum senyum sendiri... hehehe... toko makanan dari jaman belanda ini juga selalu ramai... waktu kami datang, ada rombongan turis asing yang kayaknya juga lagi nostalgia... nggak heran sih..kongkow di toko oen menjelang sore emang asik banget... kursi kursi pendek dan meja bundarnya bikin ngobrol jadi tamba
Puncak gunung dianggap sebagai tujuan akhir sebuah pendakian. Tapi tujuan sesungguhnya, yaitu memperoleh kenikmatan hidup tidak ditemui di puncak, melainkan dalam kesulitan kesulitan yang menghadang di perjalanan. Perjalanan itu ditandai oleh lembah, tebing, sungai, jurang serta tanah longsor, dan pada waktu menyusuri jalan setapak, sang pendaki mungkin merasa ia tak dapat maju lebih jauh, atau bahkan kematian lebih baik daripada meneruskan perjalanan. Tapi kemudian ia bangkit an kembali berjuang melawan kesulitan kesulitan yang menghadang, dan ketika akhirnya ia dapat menoleh dan mengamati rintangan yang berhasil diatasinya, iapun menyadari bahwa ia telah merasakan kenikmatan hidup yang sesungguhnya.. Betapa membosankan hidup bebas dari kebimbangan atau perjuangan yang melelahkan!.. Betapa cepatnya orang akan bosan menempuh perjalanan di tempat datar. Pada akhirnya, hidup manusia merupakan rangkaian penderitaan dan perjuangan, dan kenikmatan hidup tidak terletak pada masa jeda yang si
Comments