Pelangi di bumi Lundayeh

Krayan adalah salah satu kecamatan di kabupaten Nunukan, Kalimantan timur yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia.. Lundayeh adalah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Krayan dan sebagian wilayah serawak, malaysia... satu suku, satu bahasa, tapi beda negara...hehehe...

Berada di ketinggian hampir 1000 mdpl, membuat Krayan seolah terisolasi dari Indonesia, karena wilayah ini hanya bisa diakses melalui jalur udara. Itupun hanya pesawat kecil jenis cesna atau cassa saja yang bisa mendarat disana. maskapai penerbangan dari Tarakan ada Susi air dan MAFF..

Belum ada jalur darat yang tembus kesana. Bisa jadi, akses yang sulit dan menantang itulah yang berkesan buat saya.. Entah kenapa, saat 3 tahun lalu kesana, saya punya feeling bakal balik lagi ke Krayan...dan kesempatan itu datang awal november kemarin.. 12 hari di krayan untuk syuting program anak Cita-citaku..

suasana Krayan desa Long Bawan nggak beda jauh dengan 3 tahun lalu..hanya saja sekarang lebih ramai dan lebih banyak mobilnya.. mobil yang bisa jalan disini cuma jenis mobil dengan double gardan..soalnya kondisi jalan antar desanya bener2 aduhaii...bisa ajojing di mobil dah...mobil-mobil itu dibeli dari Malaysia, begitu juga sebagian motor yang ada disana, juga dari Malaysia.. plat nomernya aja masih plat nomor Malaysia.. tapi ya gimana lagi.. mobil Indonesia ga mungkin masuk sana..mau diangkut pake apa??

oiya, kalo soal jalan..ada penurunan..alias lebih jelek..terutama jalur dari desa long bawan (desa kecamatan) ke desa long midang (desa terakhir di perbatasan), yang jaraknya sekitar 10 km.. kalo dulu cuma ada 1 jalan rusak parah sepanjang 100 meter, yang membuat kami harus angkat motor buat lewatin itu jalan..tapi kalo sekarang, ada 4 atau 5 spot jalan jelek sepanjang 100-200 meter yang bikin saya harus turun dari boncengan sepeda motor dan jalan kaki kalo mau selamat.. :D ...kalau musim hujan, mereka bilang "jahat betul jalannya"

meskipun tergolong dekat, akses menuju desa Ba'kelalan Malaysia juga ngga mudah..dari desa Long Midang (desa terakhir di perbatasan) jaraknya hanya sekitar 4-5 km.. bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 2 jam atau 4 jam pp.. kalau dari desa Long Bawan jaraknya sekitar 15 km aja..biasanya tiap pagi ojek barang antar negara berangkat ke desa Ba'kelalan untuk belanja barang kebutuhan pokok,bbm, dll..kalau musim panen tiba, mereka juga membawa beras hasil panen untuk dijual di Bakelalan. jalan lintas antar negara ini lebih aduhai lagi kondisinya... apalagi kalau musim hujan.. wedeeww... mantaps banget.. naik turun bukit..jalanan lumpur..lewat sungai.. lengkap... pokoknya para crosser handal nasional itu kalah deh... para ojek barang ini harus lewat jalan jahat sambil bawa barang dagangan yang nggak sedikit (diboncengan belakang dan di bagian depan)..mereka juga harus membayar pungutan di gate (pintu gerbang) desa punakelalan sebesar 5 RM sekali masuk-keluar melalui desa itu..

nggak heran kalau harga bensin di long bawan normalnya 12ribu aja perliternya... kalau cuaca buruk, hujan terus menerus, bensin bisa mencapai 30ribu perliter..bahkan di desa long layu (yang jaraknya 2 hari jalan kaki) harga bensin bisa mencapai 75ribu saat cuaca buruk...keren yak?? hehehe...

meskipun sulit diakses, Krayan punya sejuta pesona... tiga diantaranya membuat saya kembali terbang ke sana...

1. Garam Gunung...pepatah garam di laut asam digunung ga berlaku disini... soalnya Krayan juga penghasil garam gunung, yang diproses secara alami.. ada beberapa desa yang memiliki sumur air asin dan tempat pengolahan garamnya.. "garam tusu' abuh" dalam bahasa Lundayeh artinya garam halus seperti abu.. proses pembuatannya unik..air asin dari sumur dimasak dalam bekas drum, sampai airnya berkurang dan hanya tersisa butiran halus garamnya..kemudian garam yang masih basah dicetak dalam batang bambu.. garam dimasukkan ke dalam batang bambu yang sudah diberi lubang kecil di dasarnya. jadi air bisa keluar lewat lubang tersebut..kemudian garam dalam bambu di panggang sampai bambunya hangus..jadilah garam tercetak bentuk batangan seperti bambu. setelah dibersihkan dari kulit bambunya, garam batangan dibungkus daun dan diikat dengan akar tanaman.. nah..sayangnya garam tusu' abuh ini hampir semuanya dijual ke Malaysia..kalaupun ke Indonesia, biasanya karena pesanan.. (episode ini akan tayang di program Cita-citaku Trans7 tgl 25 Nov 2010 pk. 13.30 WIB)

2. kerajinan tangan topi rong basung dan sandal dari rumput hutan... topi unik khas Lundayeh ini terbuat dari daun pandan hutan yang sudah dikeringkan dan dilapisi lilitan lidi dari pelepah sejenis pohon kelapa..lidi panjang diberi pewarna dari bahan alami, dedaunan dari hutan yang menghasilkan warna merah dan ungu serta kunyit untuk warna kuning...
sandal rumputnya juga unik..terbuat dari rumput hutan yang dibelah dan dikeringkan... lalu dibuat jadi tali panjang... tali rumput ini juga diberi pewarna alami.. dasar sandal juga terbuat dari daun pandan yang dikeringkan, kemudian di beri lapisan plastik terpal supaya tahan air.. lalu bagian atas dilapisi dengan tali rumput...lagi-lagi dua hasil kerajinan itu lebih banyak dijual ke Malaysia.. topi rong basung biasa dipesan untuk acara pernikahan atau pesta..

3. Peta bau (topi dari manik tanah liat).. Kerajinan ini sudah langka..hampir ditinggalkan karena sekarang sudah banyak manik2 buatan pabrik.. tapi saya beruntung, masih menemukan seorang nenek yang bisa membuatnya.. Peta bau, atau hiasan kepala dari manik tanah liat biasa digunakan saat acara adat..dulunya peta bau juga menjadi aksesoris sekaligus penanda status sosial penggunanya..

4. beras adan... ini dia jawaranyaa... the highly recomended rice from Krayan... berasnya pulen kecil enak banget... dan yang pasti dijamin sehat, karena proses penanamannya yang alami dan tanpa pupuk kimia sama sekali... selesai panen, biasanya petani lepaskan kerbaunya di sawah...jadi ya kotoran kerbau itulah yang jadi pupuknya..kemudian barulah sawah ditanami..setelah ditanami, biasanya sawah ditinggalkan begitu saja sampai tiba waktu panen.. sayangnya beras adan ini juga lebih banyak dikonsumsi orang Malaysia dan Brunei Darussalam.. dan sayangnya pula, waktu kesana kemarin belum masa panen, jadi ga bisa bawa banyak berasnya...hehehe...

5. Kuliner khas Lundayeh juga ga kalah seru.. ada samu' atau telu' (bahan makanan yang diawetkan dengan fermentasi garam dan nasi), ada luba' laya (nasi lembek, mirip lontong), sayur tengayen yang berlendir tapi gurih (dari daun tumbuhan dekat sungai), sayur pucuk daun pakis, sayur umbut dari tanaman hutan (ga tau nama tanemannya, lupa nanya) umbutnya dimasak/dibakar dalam bambu, ada nasi suk ngang (nasi yang dimasak dalam kantong semar), dll

6. Krayan juga punya tempat peninggalan sejarah..diantaranya kuburan batu..sayangnya, 2 kali kesana blom sempat juga lihat kubur batunya..

7. Hutan lebat dan adventure road yang menyiksa tapi bikin ketagihan...hehehe...

8. Malam sunyi dengan backsound mesin genset...hehehe... listrik cuma ada 6 jam aja..dari jam 6 sore sampai jam 12 malam...

9. Sinyal GSM yang suka-suka...maksudnya suka ada, suka ilang...tapi lebih banyak ilangnya sih, terutama kalo lagi hujan.. jangan harap ada sinyal...kalo di desa Long midang.. kalo mau dapet sinyal, harus nongkrong di deket pager sekolah... ato di tengah lapangan..hehehe...

Sore itu..pesawat cassa AL membawa kami kembali ke Tarakan.. diiringi dua pelangi dan membawa beribu kenangan tentang negeri para Lundayeh...
12 hari sudah bersama anak-anak Lundayeh yang luar biasa...menyusuri desa Long Bawan, Long Midang, Long Api, Trang Baru (semua jaraknya relatif dekat) dan yang terjauh, melintas batas negara ke desa Ba'kelalan Malaysia..perjalanan tugas kali ini membuat saya makin kagum dengan orang-orang yang tinggal di desa perbatasan terpencil.. dengan segala keterbatasan akses dan harga yang mahal, mereka tetap semangat... semangat mencintai Indonesia..

Comments

Popular posts from this blog

welkom in malang

Revisiting My Wounds Through Home Town Cha-Cha-Cha