diujung loteng itu, dia merintih tertahan... entah sakit apa yang dirasakannya..sakit badan atau sakit hati? entahlah... dan tubuh lunglai itu hanya bisa terbaring.. tanpa daya, tanpa tenaga.. kurus kering seperti cacing.. eva, begitu warga sekitar memanggilnya.. hanya bisa menerawang menatap lobang genteng yang memayungi tidurnya, di sudut loteng itu.. padahal minggu lalu, eva masih bisa berjoget riang di tengah orkes dorong yang mangkal di warung dekat kosnya.. berjoget menghibur diri, diantara lelahnya bekerja jadi kuli.. kuli?... eva?... ya.. eva memang kuli bangunan.. walau pekerjaan kasar, eva punya jiwa wanita.. bahkan sebelum berangkat kerja, eva selalu merias wajahnya, seperti wanita karir layaknya... kalau tidak lelah.. eva juga sering menjajakan tubuhnya di pinggir jalanan.. diantara remang malam.. tapi hanya tubuhnya.. bukan cintanya.. cinta eva hanya bertambat di pelabuhan hati seorang duda beranak satu.. eva..eva.. muhamad evandi seharusnya jadi nama yang gagah.. tapi eva...
Dulu.. lebih dari satu decade lalu, saya memang termasuk doyan ngopi.. tapi ya ngopinya gitu2 aja siih.. ga terlalu istimewa.. cuma suka kopi tubruk..itu sudah..Bagi saya kopi tubruk dengan ampasnya itu jauh lebih nikmat dari pada kopi kopi yang dijual di coffeeshop2 beken.. Dan sepuluh tahun belakangan ini, saya sudah sangat jarang minum kopi… alasannya? Entahlah.. mungkin karena saya udah berhenti merokok, mungkin juga karena saya jarang nongkrong di coffee shop.. mungkin.. Tapi, itu semua ngga bikin saya jadi anti kopi.. aroma kopi itu emang bener-bener membuai.. kebetulan, minggu lalu saya dapat undangan sesi sharing kopi bersama Morph Coffee , perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan biji kopi alias coffee roaster. Pagi itu Arief Said dan Andrew Tang, dua founder Morph Coffee siap berbagi cerita dan ilmu tentang kopi.. Arief mengajak saya mencicipi kopi dengan rasa buah unik, dan tanpa tambahan gula sama sekali… Yup…Kopi memang seringkali diidentikkan dengan rasa pa...
Bulan setengah berpendar lembut.. Sepintas terlintas rindu.. Pada hening biru senja itu... Pada debur ombak laut kala itu.. Pada gemerlap ribuan bunga langit malam itu.. Tak mudah menolak datangnya rindu.. Yang datang bersijingkat di hening malam.. Berkelebat sekejab, menelusup menyesap dalam kalbu... Rindu itu selalu datang dalam hening, dalam tawa, namun tak bersuara.. Mengendap, menyesak tak terluapkan.. Dan hanya menjadi sepenggal rindu yang bisu..
Comments