Cerita Tengku

'' kami tahu ada tsunami dari ht tentara, semua komunikasi putus..jadi kami pantau ht tentara'' jawab Tengku saat kami bertanya bagaimana GAM yg berada di hutan bisa tahu bencana dahsyat itu.. Bencana di akhir 2004 ini telah menelan korban lebih dari 200 ribu jiwa...dan meluluhlantakkan Aceh.

Namun, bencana ini juga yang melunakkan hati para petinggi Gerakan Aceh Merdeka atau GAM untuk menerima tawaran damai dari pemerintah Indonesia.. Setelah tanah serambi mekkah ini terluka akibat konflik selama hampir 30 tahun..

Sekitar dua jam kami ngobrol sore itu....topiknya lebih banyak tentang Aceh dan tentu saja GAM... Dan Tengku yang saya temui ini adalah salah satu mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka di Indonesia.

Ini kali kedua pertemuan kami.. pertemuan ini seolah memutar kembali kenangan saya akan tanah rencong, Aceh.. pertengahan Agustus 2005.....di Lhokseumawe, saat saya meliput suasana menjelang penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara pemerintah Indonesia dengan petinggi GAM di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005..

Waktu itu saya berhasil wawancara dengan sang Tengku, tapi..itu 3 hari setelah penandatanganan mou.. Molor 4 hari dari deadline yang diberikan kantor.. Saya sempat putus asa dan gak percaya diri sebagai jurnalis..gara gara gak bisa langsung dapat wawancara dengan seorang pun dari para petinggi GAM di lapangan...belum lagi Jakarta pengen wawancara dan peliputan eksklusif sebelum penandatanganan MOU... Uuhh.. boro boro... MenJelang penandatanganan menjadi saat saat yang sangat sensitif.. Baik tentara dan GAM sangat berhati hati... dan jelas dong.. saling gak percaya.... Cuma media tempo yang berhasil menembus masuk ke markas GAM... Itu juga ngelobinya udah lama... Sedangkan saya????..... Cuma bisa menunggu kabar dari para panglima wilayah gam di aceh utara dan aceh timur tentang jadwal pertemuan dengan wartawan.. Padahal sejak tiba, setiap hari saya telpon mereka satu per satu.. Gak tanggung tanggung.. Sehari 3 kali...pagi, siang dan malam... Saya benar benar gak nyangka bakal sesulit itu...

Sehari setelah MOU ditandatangani pun, saya belum juga berhasil menembus mereka.. Akhirnya daripada putus asa.. produser menyuruh saya melakukan peliputan di beberapa desa yang sempat menjadi markas atau basis GAM... Desa desa itu indah sekali.. Sawah yang hijau dengan barisan pohon nyiur, saya temui sepanjang jalan.. Tapi keindahan itu sepertinya cuma ada di mata saya...sang pendatang dari tanah jawa...

Bagi penduduk desa, keindahan itu terusik sejak pemerintah menetapkan Aceh sebagai daerah operasi militer antara 1989 sampai 1998.. Banyak tragedi kekerasan disana... Ribuan orang terbunuh, hilang dan mengalami penganiayaan.. Dan hasilnya..??.. Trauma yang berkepanjangan menghantui penduduk desa..

Desa Alue Duwa di Aceh Utara contohnya.. Di desa ini sempat diadakan rapat dan kenduri oleh GAM.. Tak heran sepanjang perjalanan, saya harus bolak balik turun naik mobil untuk ijin lewat di pos jaga tni.. Ada lebih dari 6 pos yang kami lalui.. Letak desa juga cukup jauh dari lhokseumawe, sekitar 2 jam perjalanan... Di desa ini, beberapa hari setelah rapat dan kenduri gam, terjadi kontak senjata antara TNI dengan GAM.. Bahkan di sekolah SMP yang saya kunjungi..tak satu guru pun yang bersedia diwawancara...mereka sangat ketakutan dan tak mau dikaitkan dengan peristiwa berdarah tersebut...karena di sekolah inilah GAM menggelar rapat akbarnya.. Tapi, di sebuah kedai kopi di tengah desa...beberapa warga menemani kami ngopi dan bercerita akan trauma mereka..meskipun.. awalnya mereka takut bicara pada orang asing..

Cerita yang sama juga saya temui di desa Blang Reuma, masih di wilayah Aceh Utara... Di desa ini juga sempat diadakan kenduri oleh GAM... Dan di depan sebuah sekolah dasar, seorang perempuan muda bercerita tentang traumanya akan tentara dan konflik yang berkepanjangan ini.. Ia juga bercerita tentang adiknya yang dibunuh tentara beberapa hari setelah kenduri.. Sang adik dianggap sebagai kaki tangan GAM..

Semua warga desa yang saya temui waktu itu sangat ingin perdamaian..mereka sudah lelah hidup dalam ketakutan dan trauma...(itu juga kalo masih bisa hidup atau selamat.....)

Sehari kemudian... 17 Agustus..hari kemerdekaan bangsa Indonesia.. juga saat pemberian amnesti dan remisi bagi para tahanan di seluruh penjara di Indonesia, termasuk di penjara Lhokseumawe. Disana saya sempat mewawancarai salah satu penasehat Muzakir Manaf, sang panglima tertinggi Tentara Neugara Acheh atau TNA...sayang saya lupa namanya...

Saya menanyakan alasannya bergabung dengan GAM dan keinginannya untuk merdeka... ''kalau anda orang Aceh, anda akan tahu kenapa kami bergabung dengan GAM'' ujarnya.. Singkat, padat, dan sama sekali tidak jelas buat saya...karena saya bukan orang Aceh.. Setelah didesak, dia bercerita tentang ketidakadilan pemerintah di Jakarta terhadap Aceh.. Menurutnya, kekayaan bumi serambi mekkah ini hanya dinikmati Jakarta, bukan orang orang Aceh..

Hmmm..memang sih.. Selama berada di Lhokseumawe, Aceh Utara..saya sempat beberapakali melewati kilang penyulingan gas alam cair PT Arun LNG, pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Asean Aceh Fertilizer. Belum lagi ladang sumur gas milik Exxon Mobil.. semuanya berada di kabupaten Aceh Utara.... Selain alam yang indah..tanah Aceh juga sangat kaya...

Tak jauh beda dengan kisah sang Tengku sore itu... ''waktu itu saya masih umur 18 tahun..tahun 1985...sekarang udah tua..'' tuturnya mengenang...Tengku juga mengenang orang tuanya yang ditembak mati tentara ''ayah saya juga tentara, anggota pom..tapi membelot dan bergabung dengan GAM'' ....kenapa??... ''mungkin ayah saya lihat banyak ketidak adilan di Aceh selama dia bertugas sebagai tentara..'' jawabnya.. Dan ajakan sang ayah membuat Tengku bergabung dengan gerakan ini...

Banyak hal yang diceritakan Tengku.... seperti kehidupannya selama menjadi buronan tentara Indonesia.. dia mengaku lebih sering di kota daripada di hutan.. bahkan Tengku juga pernah tinggal dalam satu rumah kos bersama seorang tentara Indonesia selama empat 4 bulan..dan ajaibnya..tentara itu tidak mengenalinya sama sekali…

Tengku juga bercerita tentang pengadaan senjata yang dipakai para anggota TNA....
hmm..cerita yang membuat saya takjub..dan sedikit banyak mulai mengerti, kenapa perang dan konflik di tanah Aceh tak kunjung usai ...sampai perjanjian damai ditandatangani...

Masih banyak yang ingin saya tanyakan pada Tengku, tapi sayang waktu tak memadai.. Tengku masih punya keperluan lain di ibukota..

kisah Tengku ini seharusnya saya dapatkan 5 bulan lalu.. Tapi tak apalah...toh..pertemuan dengan Tengku kali ini bukanlah tugas peliputan... Anggaplah ini adalah pertemuan dengan seorang teman lama....

Comments

Popular posts from this blog

welkom in malang

Revisiting My Wounds Through Home Town Cha-Cha-Cha